Sunday, January 16, 2005

Saatnya tiba Emiko-chan...

Pagi 8 Oktober 2004, tiket shinkansen pun tiba dari adikku. Alhamdulillah bapak dan mamah akhirnya bisa pergi ke Fukuoka menengok adikku sang penganten baru...Tertulis di tiket berangkat 10 Oktober 2004 jam 8.30 dari Kyoto Eki.
***
9 Oktober 2004, setelah dering HP berkali-kali bunyi suami memutuskan pergi ke Osaka, rupanya ada acara menginap bersama rekan-rekannya malam ini. Menjelang maghrib segera mengejar kedatangan bis terdekat yang tinggal beberapa menit lagi, jika terlambat harus menunggu 1 jam berikutnya. Tak lama selepas suami pergi, anak pertamaku terlelap karena seharian lelah bermain dengan abinya yang sejak kehamilanku yang kedua menjadi lengket. Kemanapun abinya pergi selalu diikuti, bahkan ke toilet, kamar mandi pun hendak dicari. Mamah dan bapak orangtuaku yang datang mengunjungi, sibuk mempersiapkan kepergian besok pagi. Aku pun tak lupa menyiapkan no telp yang bisa dihubungi, informasi turun dari shinkansen dan hal lain yang kurasa diperlukan. Khawatir juga rasanya melepas orang tua yang baru beberapa hari di Jepang bepergian sejauh ini. Jarak Kyoto-Fukuoka walaupun hanya 3 jam dengan shinkansen, tentulah hal yang sangat asing. Bismillah... semoga perjalanan beliau-beliau ini lancar. Alhamdulillah ayahku adalah seorang pemberani dan senang berpetualang, sifat ini pun ada padaku, inilah yang membuat rasa khawatir hilang. Jam 8 malam segera aku membeli tiket bis dari jidohanbaiki dekat rumah, agar besok mamah dan bapak bisa segera naik bis. Mereka akan dijemput suamiku di eki terdekat rumah jam 7 pagi.
Tak berapa lama selepas sholat Isya tiba-tiba perutku mulai terasa mulas 15 menit sekali...ya..kuperhatikan jelas jam dinding di ruang tengah, 15 menit sekali tepat.
Terlihat rasa meringis di wajahku oleh mamah dan bapak, membuat mereka mulai khawatir. Azzam pun terbangun jam 9 malam. Sambil menemani Azzam bermain..kuhitung dengan lebih detail datangnya rasa mulas. Masih 15 menit sekali... Terlihat wajah-wajah kelelahan di muka kedua orang tuaku, hingga kusarankan segera tidur...Sesekali aku meringis..hingga disarankan segera ke rumah sakit. Tapi, ingin kupastikan dulu ini bukan kontraksi palsu. Barulah jam 10, setelah telpon suami mengabarkan kondisi, Segera menelpon byoin dan mereka sudah siap menerima dan mulai mempersiapkan semuanya. Kurasa masih bisa menunggu beberapa saat lagi sebelum akhirnya satu jam kemudian baru menelpon taksi. Aku pun menelpon suami agar segera pulang atau menyusul ke byoin, dan membatalkan acaranya yang semula berakhir shubuh, tak kuasa tapi kondisi tidak memungkinkan. Jarak rumah-byoin, ataupun osaka-byoin tempat suami menginap, tidaklah dekat. Hingga saat di dalam taksi, suami menelpon kembali karena pihak byoin sudah menelpon balik.
***
ALhamdulillah jam 12.00 tiba di Byoin. Setelah bayar 4000-an yen ke supir, registrasi di uketsuke, segera kangofu-san (suster) membawaku dengan kereta dorong. Putraku masih terjaga, kulihat dia diam dalam gendongan neneknya, padahal sebelumnya hanya aku dan suami yang dipilih untuk menggendongnya. Barang bawaan kami tidaklah sedikit, karena persiapan bekal ke Fukuoka pun dibawa serta, hingga suster harus membawa baju-baju persiapanku sendiri.
***
Tiba di ruang jintsu (ruang kontraksi).... setelah suster memastikan baru bukaan 1.5 cm, segera berkas-berkas nyuin (opname) yang telah kupersiapkan diproses. "Suaminya dimana Bu?" tanya salah seorang suster... ya suami belumlah datang, kubilang masih diperjalanan. Berhubung orang tuaku tidak mengerti bahasa jepang dan proses tachiai (suami turut serta ke ruang bersalin) suamiku sangat ditunggu saat itu. Semoga dimudahkan perjalanannya ya Allah.. ***
Di tengah-tengah perjuangan menanti datangnya jintsu yang sudah 10 menit sekali, lalu 5 menit sekali..alhamdulillah suami datang..dengan kereta terakhir disambung taksi karena terhenti di tengah perjalanan...7 ribu yen, bukanlah harga yang murah untuk taksi, hemm cukup jauh juga rupanya...
***
Jam 1.00 aku dipindahkan ke bunben shitsu (ruang bersalin), setelah aku bilang ingin mengedan dan ternyata setelah kangofu-san memeriksa sudah bukaan 7 cm. Subhanalloh...bismillah..lahaula wala quwata illa billah...
***
Perjuangan dimulai... Sesekali suami menghiburku, selain berdzikir dan menyempatkan berwudhu sebelum menemani, kudengar dia mengomentari grafik-grafik yang menggambarkan kontraksi yang tercetak di kertas " Dek, grafiknya bagus sekali, menarik sekali, bisa dijadikan bahan paper katanya...ingin tersenyum tapi tak kuasa...cukup dalam hati. Hingga puncak-puncak kontraksi pun tiba gambar grafik di kertas tak mampu menuliskannya.."Dek, kok puncaknya nggak ada lagi, tak berhingga", kata suamiku Ya..subhanalloh..tapi semua dapat kurasakan saat itu dengan kuasa Allah ...subhanalloh Allahuakbar inikah jihad tertinggi wanita??? Saat rasa sakit muncul kembali, aku pun segera teringat perjuangan ibu-ibu palestina yang rela bahkan mendorong anak-anaknya untuk berjuang demi tanah air dan agamanya Ingin segera kuikuti jejak mereka... "Bismillah..Allohuakbar...!!!!" kalimat-kalimat semangat pun tak henti-hentinya kudengar dari suami: " Ayo berjihad dek..setelah ini ada kebahagiaan...insyaAlloh...ada seseorang yang dinanti...shabar..shabar.." ALhamdulillah..hingga akhirnya....bayi yang dinanti..lahir, 10 Okotber 2004, 3808 gr, perempuan, dan kami beri nama: Emiko Mihani Al-Anwar
Saatnya telah tiba Emiko-chan, semoga engkau menjadi anak yang sholehah, sehat, cerdas menjadi mujahidah dan senanatiasa berada dalam barisan kaum muslimin. AMIN DAN..2 jam setelah kelahiran Emiko, segera orang tuaku, suami dan Azzam pergi ke Kyoto Eki mengejar jadwal shinkansen jam 8.23 pagi. Tinggal aku dan Emiko beristirahat di rumah sakit ditemani para suster. Kini..kami telah berkumpul kembali di rumah, tinggal bersama dengan anggota baru. Ya Allah..semoga kami bisa mengemban amanah ini, Amin.

Ummu-Azzam Nara-Jepang, Oktober 2004

No comments: