Sunday, January 16, 2005

Otanjoubi Omedetou Azzam-chan

Yuteibi anak pertama adalah tanggal 8 Juni 2003, hari Ahad. Sehari sebelumnya
sabtu, 7 Juni 2003, saya dan suami tlah cek mingguan ke rumah sakit. Saat itu dinyatakan sudah bukaan 3 cm. Baru saja 2 minggu sebelumnya masih 1,5 cm, alhamdulillah.
Rasanya ingin segera kami menimang bayi yang selama ini menampakkan gerakannya yang lincah dalam perut. Menurut Dokter Sone, dokter di Takatsu Cuo Byouin, tempat aku periksa, masih ditunggu seminggu lagi, jika belum lahir barulah dilakukan induksi.

Hari Ahad sambil menanti saat tiba, mulailah mengepel jongkok (saran ibu), bersih-bersih kamar mandi dan merayu suami tuk menemani jalan-jalan supermarket di miyazakidai, toko 100 yen dan 99 yen yang jaraknya lumayan jauhhh.
Tiba di rumah...subhanalloh..memang benar-benar mantap, sampai pegal, bahkan suamiku sejak tiba di rumah tak beranjak lagi dari tempat tidur...(saking lelahnya). Jalan-jalan di siang hari menjelang musim panas tentunya melelahkan. Setelah istirahat beberapa jam, langsung aku teringat tangga di sebelah apartemen kami. Beberapa tetangga yang saat itu hamil, tak pernah melewatkan kesempatan naik turun tangga itu. Sekali lagi kurayu suami untuk menemani, walau lelah demi istri akhirnya mau...Alhamdulillah 2-3 kali berhasil kulalui, bersama-sama kekasihku dan anak-anak tetangga Faruq dan Imam,yang kerap kali main dan jalan-jalan dengan kami.

*****
Malam itu, tidurku nyenyak sekali karena setelah seharian jalan-jalanjalan dan bersih-bersih rumah.
Tiba-tiba...
Jam 2 pagi aku merasa mulasss sekali, saat itu aku masih serasa mimpi antara sadar dan tidak.
kuperhatikan jam dinding, dan..subhanalloh ternyata sakitnya berulang setiap 20 menit. Masih belum percaya karena beberapa hari sebelumnya aku merasakan mules tapi tidak terjadi apa-apa. Suami pun masih terlelap tidur di samping. saat jam menunjukkan jam 3, aku langsung membangunkannya berhubung saat shubuh telah tiba. Ketika aku bercerita merasakan mulas yang rutin, langsung suamiku mengajak siap-siap pergi ke rumah sakit. Tapi aku menenangkannya biarlah kita sama-sama sholat shubuh jama`ah dulu.
AKhirnya setelah sholat, rasa sakit itu muncul 10 menit sekali. Tapi sayang taksi tidak bisa datang segera, walaupun kami telah menelponnya, berhubung tidak ada yang lewat dekat apartemen kami.

Kuputuskan untuk jalan kaki saja, suami pun setuju kami berharap proses bukaan rahim jadi lebih cepat. Tiba di depan Miyamaedaira eki, rasa sakit muncul 5 menit sekali. Subhanalloh sakitnya... karena belum makan akhirnya suami segera membeli onigiri. Saat sakit tiba lagi, ternyata sampai tak kuasa aku berjalan.

AKhirnya tibalah di mizonokuchi eki, tapi...saat densha akan berhenti, rasa sakit sedang muncul
dan akhirnya dengan memaksakan diri kumelangkahkan kaki. Persis di depan densha
aku tak bisa bergerak hingga densha melesat persis dibelakang kami. Orang-orang pun memperhatikan kami, subhanalloh....sakittt sekali, inikah saatnya...
Ya Allah, kuatkan saya tuk melangkah sampai rumah sakit.

Suamiku menyarankan agar aku berjalan cepat saat tidak merasakan sakit. Alhamdulillah peremempatan pertama telah kami lewati, tinggal satu perempatan lagi. Rasa sakit muncul lagi...dan suamiku menyarankan agar sebelum
5 menit sakit berikutnya tiba, kami sudah sampai di RS. Ya..persis di depan RS aku tak kuasa berjalan lagi ...

Alhamdulillah akhirnya tiba juga di depan uketsuke, petugas uketsuke telah menunggu karena sebelumnya kami sudah menelpon pihak RS. Aku segera masuk ke ruangan bersalin,

MasyaAlloh sudah ada darah segar dan lendir mengalir, ya Robbi..sudah saatnya..

Gankoshi pun datang memeriksaku sembari menyerahkan satu keresek besar perlengkapan
setelah melahirkan. Setelah diperiksa ternyata sudah bukaan 7 cm. Segera Gankoshi merawat dan mengganti bajuku dengan baju bersali. Kemudian mengantarku ke ruangan kontraksi. Di ruangan itu ritme kontraksi dan jantung bayi dideteksi.

Alhamdulillah suamiku dengan setia menanti dan sesekali mengingatkan pernafasan yang sama- sama kami pelajari saat training melahirkan. ALhamdulillah pernafasan itu membantuku untuk
mengurangi rasa sakit saat kontraksi muncul.

Tiba-tiba aku ingin mengejan..segera minta dipanggilkan gankoshi, dan ternyata sudah
bukaan 9 cm. Segaralah diminta pindah ke ruang bersalin dengan berjalan, ya...berjalan sendiri dengan rasa kesakitan. Semua perlengkapan lalu disiapkan, dan
dengan aku lantas bertanya kemana dokter Sone? Gankoshi tersenyum dan menanyakan ingin
menunggu dokter, segera kujawab..ingin segera melahirkan, biarlah tanpa dokterku yang penting selamat, Allah menyertaiku.
Suami segera memakai pakaian steril dari RS dan mencuci tangan sebelum ikut bergabung di ruang bersalin. Ternyata tak berapa lama datanglah dokterku, alhamdulillah.

Saat rasa ingin mengejan kurasakan kembali, tiba-tiba..aku merasakan air yang hangat
keluar..ternyata hasuishita (ya..air ketuban!). Alhamdulillah proses demi proses kulalui
dan suamiku tak henti-hentinya memberikan semangat sambil berdzikir, aku terus bernafas
teratur. Tapi saat-saat yang sangat aku tak sanggup lagi tenang...mulai aku berteriak..
subhanalloh sakit mas..Allohu Akbar...gankoshi mengingatkanku untuk jangan berteriak, tapi bernafas dan mengejan saat dikomandoi..

Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan penyayatan untuk memudahkan bayi keluar, setelah aku menyetujuinya..
Berkali-kali aku mengejan..sampai akhirnya ...masyaAlloh aku merasa tak sanggup lagi, langsung suamiku mengingatkanku agar terus berjuang... ayo sedikit lagi..hingga saat-saat puncak kelelahan...akhirnya keluar kepala bayi..tapi perjuangan belum selesai
ayo mengejan lagi..mo ikkai kudengar gankoshi menyemangatiku...

Oa..oa...terdengar dia menangis...
alhamdulillah ya Allah.....yang selama ini kami tunggu telah lahir...
dan Allohu Akbar....kagetlah kami ternyata bayi yang keluar laki-laki, karena sebelumnya hasil USG dokter memprediksi perempuan..

Omedetou gozaimasu...serempak para gankoshi member selamat pada kami.

Setelah bayiku bersih langsung kupeluk dan suamiku mengadzani, kemudian kami berfoto bertiga.. kemudian segera gankoshi menimbang dan mengukur panjangnya serta memberi tanda pada kakinya (ya tanda dengan tulisan merah)
Suami turut menyaksikan semua, sedangkan aku langsung ditangani dokter Sone untuk proses selanjutnya, yaitu pengeluaran plasenta dan penjahitan.

Subhanalloh kontraksi kurasakan lagi tapi memang tidak terlalu sakit seperti sebelumnya,
tapi kakiku masyaAlloh lemas sekali...Sekali lagi aku harus berjuang menahan rasa sakit
yang menyayat2 bagian bawah tubuhku, proses penjahitan yang panjang karena bayiku cukup besar 3,8 kg (3.755 kg tepatnya) panjang 51 cm.

Berkali-kali aku menanyakan pada sensei "owarimasuka?" ashi wa tsukaretta, ya..lemas sekali.
dan berkali-kali pula dokter menjawat chotto matte kudasai...(suamiku pun menyemangati ku
kembali..) dengan peluh keringat sensei berjuang untuk terus teliti menjahit satu persatu
bagian tubuhku..
Akhirnya alhamdulillah..selesai sudah...kakiku segera kuluruskan..
ahhh leganya... Tapi...perutku..ya..aku lapar..sekali.. onaka ga suitta.... (hmm aku memang belum makan sama sekali) tadi pagi hanya onigiri satu buah yang baru masuk ke dalam perutku..
ya robbi, sungguh lapar sekali...
alhamdulillah gankoshi segera membawakanku sebuah pisang dan susu satu sachet.. cukup untuk menghilangkan rasa haus dan laparku.. sebelum aku menghabiskan makanan suamiku pamit pulang.. padahal sebenarnya aku masih ingin ditemani..tapi karena kulihat wajahnya menunjukkan kelelahan juga aku relakan untuk istirahat sejenak di rumah..

Mamah..aku rindu padamu...

Yokohama, 2002


No comments: